Pagi- pagi ketika sedang prepare
berangkat kerja sambil nonton chanel berita nasional, topik hangat bincang pagi
itu adalah “SRIKANDI MENCARI KESARTRIA” terkait dengan penunjukan presiden Jokowi
untuk tim panitia seleksi pemilihan ketua komisi pemberantasan korupsi ( PANSEL
KPK) yang berjumlah Sembilan orang yang kesemuanya adalah perempuan. Hal ini
mendapat reaksi beragam. Bincang pagi itu menghadirkan narasumber dari kalangan
akademisi, politisi, dan pengamat politik serta menampilkan petikan komentar
dari para politisi senayan.
Saya bukan aktivis feminis
tapi ada hal yang menggelitik nurani saya sebagai perempuan pagi itu. Terlepas
dari entah strategi politik apa yang
sedang Jokowi jalankan tapi saya mengomentari bagian keterwakilan/ keberadaan
para perempuan notabene semuanya adalah perempuan di pansel KPK. Saya
simak komentar bincang pagi itu ada satu komentar yang lebih tepatnya
mengatakan “pola pikir perempuan itu berbeda strukturnya dengan laki-laki jadi akan
lebih tepatnya kalau di imbangi dengan keberadaan laki-laki”. Saya menyimpulkan bahwa dengan kata lain
narasumber itu memandang skeptis keberadaan para SRIKANDI di tim pansel KPK.
Jadi salah ya kalau semua
tim pansel KPK itu perempuan?, ketika dulu tim pansel KPK laki-laki semua, rasanya
gak ada yang mempermasalahkan gender, tentang keberadaan kenapa disana laki
laki semua.
Baru sebulan yang lalu
tepat 21 April kemaren kita memperingati hari Kartini, sebagai simbolis bentuk
pengakuan negara kita akan emansipasi wanita di segala bidang, well jika lihat
dari fenomena di atas sepertinya bias gender masih lekat di negara sedemokratis
ini, sebagai bahan refleksi kita bersama. Sebagai negara yang besar rasanya
pemikiran yang seperti itu terlalu
kerdil jika dalam masa kekinian kita masih mendebatkan hal yang tidak
subtantif.
Saatnya kita membuat
perubahan, jangan memelihara pola pikir yang konvensional, lebih ways dalam
menyikapi persoalan bangsa demi Indonesia yang lebih besar, setuju ??..